Tidak Lapor APH, Korban Pelemparan Akui Darah Bercucuran dari Hidung

ciamiszone.id :

CIAMIS,- Buntut kerusuhan yang terjadi setelah laga Semifinal Sport Festival Championship (SFC) Basketball antara SMAN 3 Ciamis dan SMKN 2 Ciamis yang dimenangkan oleh SMAN 3 Ciamis sempat menimbulkan korban pelemparan, atas nama Salma, siswi  Kelas X SMAN 3 Ciamis. Meski sempat berlumuran darah, namun pihaknya tidak akan menuntut atau melaporkannya ke aparat penegak hokum (APH).

“Alhamdulillah luka saya tidak seberapa, ada pun lumuran darah itu keluar dari hidung yang turun sampai mulut, bahkan hingga terjilat,” kata Salma.

Hal senada diungkapkan, salah seorang guru olahraga di SMAN 3 Ciamis, Rusna Apriatna, setelah pihaknya berkomunikasi dengan korban, ternyata pihak korban tidak berniat untuk melaporkan kejadian itu ke ranah hukum dengan alasan lukanya tidak seberapa.

“Secara kelembagaan kami bersyukur korban tidak membawa masalah ini berlanjut ke ranah hukum, kami juga masih menjaga hubungan baik, keharmonisan sesama lembaga pendidikan yang masih dalam satu wilayah kelurahan,” katanya, Kamis (27/11/2025).

Rusna menilai, kasus itu bisa diselesaikan secara internal antara kedua sekolah, begitu juga dengan upaya tawuran yang berhasl digagalkan.

“Kami terus berkomunikasi, langkah apa yang harus dilakukan dalam rangka memberikan pembelajaran kepada anak didik. Dan kami tidak mau gara-gara hal ini menimbulkan ketidakharmonisan antar lembaga pendidikan,” katanya.

Sementara, pihak SMKN 2 Ciamis melalui Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kesiswaan, Dedi memastikan telah menindaklanjuti laporan kejadian yang melibatkan siswanya yang diduga melakukan pelemparan kepada siswi SMAN 3 Ciamis.

Diakuinyam, pihaknya sudah melakukan pemanggilan dan pembinaan sesuai prosedur sekolah.

“Peristiwa tersebut bukan hoaks dan pihak sekolah telah melakukan klarifikasi internal bersama para guru. Sejumlah siswa sudah kami panggil untuk meminta keterangan dan diberikan pembinaan dengan cara kami. Kami tidak mencari pelaku, tapi kami membina jangan sampai kejadian serupa terulang,” tegasnya.

Menurutnya, langkah awal sudah dilakukan. Dalam dunia pendidikan, prinsip utamanya adalah pembinaan. Jadi setiap kejadian akan diproses sesuai prosedur.

Dijelaskan Dedi, pemanggilan tersebut bukan untuk memberikan hukuman atau vonis, melainkan menggali kronologi kejadian dari sudut pandang para siswa.

“Dengan anak-anak, kami tidak memperlakukan mereka sebagai pelaku. Kami panggil, kami dengarkan ceritanya, lalu dibina. Mereka diberi saran, diarahkan bahwa perilaku seperti itu tidak boleh,” jelasnya.

Dedi menyebutkan, hasil pemeriksaan, sebagian besar siswa hanya bertindak iseng, namun tetap perlu diingatkan agar tidak mengulangi tindakan yang dapat memicu kegaduhan.

Ia kembali menegaskan, “Kejadian ini bukan hoaks. Maka dari itu kami harus memastikan fakta yang sebenarnya. Dan kami juga akan berkunjung ke SMAN 3 Ciamis untuk menjalin komunikasi,” katanya.

Dengan langkah ini, SMKN 2 Ciamis memastikan proses pembinaan dan klarifikasi berjalan profesional serta mengedepankan edukasi bagi para siswa. (EDA)*


Post a Comment

0 Comments