Proyek Irigasi Cigembor Asal-asalan, Instruksi Pendamping?

ciamiszone.id :

CIAMIS,- Pengerjaan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) di Kelurahan Cigembor, Kecamatan Ciamis menjadi sorotan masyarakat karena proyek APBN 2025 senilai Rp195 juta itu pengerjaannya asal-asalan jauh dari harapan, sehingga mengurangi kualitas.

Proyek dengan masa pelaksanaan 45 hari kalender itu dinilai belum menunjukkan kualitas kerja yang memadai, karena material pasir yang digunakan tampak bercampur lumpur sehingga dianggap tidak layak untuk sebuah proyek irigasi yang tujuannya menunjang kebutuhan petani dalam jangka panjang tidak menutup kemungkinan berumur pendek.

Warga menilai, sejak awal pengerjaan sudah tidak ada inisiatif untuk membangun saluran irigasi untuk membantu petani memperoleh aliran air yang merata ke sawah mereka, khususnya di musim kemarau. Namun, bila sejak awal kualitas pengerjaan diabaikan, manfaat besar yang dijanjikan bisa saja tidak terwujud.

Kegiatan peningkatan jaringan irigasi Cipalih/Nagawiru di Kelurahan Cigembor senilai Rp195 juta yang didanai dari APBN 2025 dengan pelaksana Tirta Barokah Cigembor itu dinilai gegabah karena berani melakukan metode metode pencampuran material yang dilakukan tanpa ukuran jelas.

Tidak terlihat adanya takaran atau alat ukur yang digunakan oleh pekerja dalam mengolah bahan material. Kondisi ini menimbulkan keraguan tentang standar mutu yang diterapkan.

“Kalau pasirnya seperti ini, tentu hasil bangunannya tidak akan maksimal. Irigasi ini untuk jangka panjang, jangan sampai baru selesai sudah rusak. Di lapangan tidak melihat adanya ukuran pasti dalam mencampur adukan semen. Itu membuat kami khawatir kualitas bangunan nanti tidak sesuai harapan,” kata warga setempat seraya menambahkan, untuk campuran satu kulak (tempat pengadukan/campuran bahan material seluas 2x2 meter dengan ketinggian sekitar 20cm) hanya menggunakan setengah sak semen dengan merek kualitas rendah.

Terkait penggunaan semen dengan merek berbeda yang awalnya menggunakan merek standar tapi ditengah pekerjaan menggunakan merek kualitas dibawahnya, warga pun menilai hal itu akan memengaruhi kualitas akhir. Seharusnya pekerjaan konsistensi dengan penggunaan material untuk menjaga agar kekuatan bangunan tetap terjamin.

Selain persoalan teknis, etika pelaksanaan proyek pun menjadi sorotan. Sejumlah warga melihat semen ditumpuk di fasilitas umum WC Ruang Terbuka Hijau (RTH) dekat lokasi proyek, sedagkan papan proyek dipasang terbalik menghadap pesawahan. Hal ini dinilai tidak pantas karena fasilitas publik mestinya dijaga kebersihannya dan papan proyek harus terbaca dengan jelas.

“Kami tidak keberatan ada pembangunan. Tapi tolong jangan sampai fasilitas umum dijadikan tempat penumpukan material. Itu merusak fungsi dan mengganggu kenyamanan,” ujar warga lainnya.

Masyarakat berharap pelaksana proyek lebih serius memperhatikan mutu bahan, teknik pengerjaan, serta menjaga etika dalam memanfaatkan ruang publik. Mereka juga menuntut pengawasan lebih ketat dari pihak terkait agar anggaran Rp195 juta benar-benar digunakan secara efektif.

“Kalau hal ini dibiarkan, bisa saja hasilnya tidak maksimal. Padahal uangnya besar, berasal dari rakyat juga,” tegas warga.

Sementara Ketua Kelompok yang juga pelaksana proyek, Slamet mengaku pihaknya berterimakasih sudah diingatkan dalam pelaksanaan proyek dan juga berjanji akan lebih baik lagi.

“Terimakasih sudah diingatkan, kini papan proyek sudah sesuai aturan tidak terbaik lagi dan material dalam WC sudah kami keluarkan, jadi sekaranag WC sudah bisa digunakan pengunjung RTH, maklum kami tidak punya direksi kit,” katanya.

Menyinggung pekerjaan campuran material yang tidak sesuai, Slamet mengakui itu semua dibawah pengawasan pendamping sebagai kepanjangan tangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy.

“Apa yang kami kerjakan sesuai arahan pendamping yang selalu mengawasi kerja kami. Saya hanya menjalankan instruksinya. Itu bukan kewenangan saya untuk menjawabnya, silahkan tanya Bu Dini sebagai pengawasnya,” kata Slamet, Sabtu (06/09/2025).

Sementara saat dihubungi by phone melalui Ketua Pelaksana, pengawas Dini, tidak berkomentar banyak karena sedang dalam perjalanan (driver) dan berjanji akan menjelaskannya pada Senin (08/09/2025).

“Maaf saya dalam perjalanan lagi nyetir, nanti saja hari Senin,” katanya singkat. (EDA)*

Post a Comment

2 Comments

  1. Kami menghargai peran media sebagai kontrol sosial, namun tentu pemberitaan harus berimbang dan berbasis fakta. Jangan sampai opini yang dibangun hanya menggiring persepsi negatif tanpa dasar teknis maupun konfirmasi dari semua pihak

    ReplyDelete
  2. Pemberitaan ini cenderung ‘menggoreng’ isu dengan detail yang repetitif, tanpa menghadirkan keterangan resmi dari lembaga yang berwenang, yaitu BBWS. Hal ini berpotensi menyesatkan pembaca karena seolah-olah kualitas proyek sepenuhnya ditentukan oleh pelaksana lokal

    ReplyDelete