SINGKAWANG;-
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Ciamis dan Badan Kesbangpol Ciamis
menerima undangan khusus sebagai peserta sekaligus narasumber dalam Konferensi
Kota Toleran (KKT) 2025 di Setara Institute Kota Singkawang, Kalimantan Barat, (14-17/11/
2025).
Kehadiran
delegasi Ciamis ini menjadi momentum penting dalam menampilkan praktik-praktik
baik kerukunan yang telah lama mengakar di “The Sweet City” (Kabupaten Ciamis).
Ketua
FKUB Ciamis, Dr. Sumadi, M.Ag. menjadi narasumber di Chamber 2 bersama Tjhai
Chui Mie (Wali Kota Singkawang) dan Johannes Rettob (Bupati Mimika). Ketiganya
membagikan pengalaman, pendekatan, dan strategi toleransi daerah masing-masing
sebagai role model kerukunan di Indonesia.
Dalam
paparannya, Dr. Sumadi, M.Ag., yang juga Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UID
Ciamis, menyampaikan konsep ‘99+1 Ciamis Merawat Harmoni’.
“Konsep
‘99+1 Ciamis Merawat Harmoni’ ini gambaran komposisi penduduk Ciamis: 99 persen
Muslim + 1 persen non-Muslim yang hidup tanpa istilah mayoritas maupun
minoritas,” ungkapnya.
“Semua
setara. Ciamis adalah The Sweet City. Harmoni disini bukan jargon, bukan drama,
tetapi karakter asli masyarakatnya. Sebagai makhluk Tuhan yang lahir di bumi
yang sama, kita saling menguatkan, bukan saling menegasikan,” tegasnya.
Dr.
Sumadi juga menekankan inovasi program FKUB Ciamis bersama Kesbangpol yang
menjadi keunggulan daerah ini dibanding kabupaten/kota.
“Duta
Harmoni Lintas Iman di setiap kecamatan, Duta Moderasi Sekolah/Madrasah,
Fasilitasi pemenuhan hak-hak sipil, termasuk warga Sunda Wiwitan di Susuru,
Ekskursi Kebangsaan, Kampung Kerukunan (Lebak), Kampung Sadar Rukun (Kertajaya
Susuru), dan Kampung Moderasi (Banjarsari), Kolaborasi seni lintas iman, botram
lintas iman, serta laboratorium sosial pendidikan toleransi,” jelasnya seraya
mengakui, FKUB Ciamis juga menjadi satu-satunya FKUB di Indonesia yang telah
menyusun berbagai buku panduan.
“Kami
juga menyusun buku panduan dan refleksi harmoni ber-ISSN, buku Naskah Akademik
Indeks Toleransi Umat Beragama, dan Instrumen Pengukuran Indeks Toleransi Mandiri
Kabupaten Ciamis,” jelasnya seraya mengakui kebanggaannya dapat mewakili
praktik baik harmonisasi sosial dari Tatar Galuh di forum nasional ini.
“Kabupaten
Ciamis meraih predikat ‘Sangat Baik’ dengan nilai 7,24 pada Pengukuran Indeks
Harmoni 2025 dari Kemendagri, ini sebuah capaian yang hanya diraih oleh lima
kabupaten/kota di Jawa Barat,” katanya.
Walikota
Singkawang, Tjhai Chui Mie yang dikenal sebagai “The Most Tolerant City 2024”
menampilkan potret keberagaman kotanya.
“Banyak
julukan dari Kota singkawang diantaranya Kota Amoi, Kota Seribu Klenteng, dan
Little Hongkong, yang selama ini hidup damai di bawah semboyan Tridayu: Tiong
Hoa, Dayak, Melayu,” jelasnya.
Sementara
Bupati Mimika, Johannes Rettob memaparkan bagaimana Mimika mengelola
keberagaman dengan merangkul seluruh etnis, suku, dan agama.
“Sebagai
contoh walaupun saya non-Muslim, tapi saya dipercaya menjadi Ketua Panitia MTQ
serta penggerak kegiatan keagamaan lintas agama,” katanya.
Pada
konferensi ini, Badan Kesbangpol Ciamis bergabung bersama pemerintah daerah
dari seluruh Indonesia dalam penandatanganan Komitmen Nasional Pemajuan
Toleransi, menegaskan kerukunan adalah tanggung jawab bersama di tengah
keberagaman masyarakat Indonesia yang terus berkembang.
Dalam
siaran persnya Senin (17/10), Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan
menegaskan toleransi dan inklusi tidak hadir secara instan.
“Tata
masyarakat yang toleran dibangun secara bertahap, berkelanjutan, dan kolaborasi
pemerintah masyarakat sipil melalui penguatan ruang dialog dan komitmen jangka
panjang,” ujarnya.
Melalui
tiga pilar kepemimpinan yaitu kepemimpinan politik, kepemimpinan birokrasi, dan
kepemimpinan kemasyarakatan.
Halili
menjelaskan, pengalaman kota-kota peserta KKT menunjukkan perlunya upaya
bertahap, berkelanjutan, dan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat sipil.
Sebagai
hasil deklarasi KKT 2025, para pemimpin daerah sepakat untuk:
1. Menyusun produk hukum daerah guna mempercepat pemajuan toleransi, 2. Menggalakkan program penguatan toleransi dalam kehidupan masyarakat, 3. Meningkatkan kolaborasi dengan masyarakat sipil untuk menguatkan keberagaman Indonesia.
Kehadiran
FKUB dan Kesbangpol Ciamis pada KKT 2025 menjadi bukti bahwa praktik harmoni
yang telah lama hidup di Ciamis kini menjadi inspirasi nasional, serta
memperkuat posisi Ciamis sebagai salah satu daerah dengan tingkat toleransi
terbaik di Indonesia. (EDA)*






0 Comments