ciamiszone.id :
CIAMIS,- Sebanyak
18 orang penjamah (juru masak) dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari berbagai
dapur di Kabupaten Ciamis mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi bagi
sumber daya manusia (SDM) di bidang kuliner di Ruang Praktik Tata Boga SMK Negeri
1 Ciamis, Sabtu hingga Minggu (1-2/11/ 2025).
Pelatihan
yang diinisiasi Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Galuh Raya bekerja
sama dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Gemilang Cita Nusantara, LSP Mutu
Wisata dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) bertujuan untuk memperkuat
keterampilan dan profesionalisme para juru masak dapur MBG agar mampu bekerja
sesuai dengan standar industri kuliner nasional.
Selain
memberikan pelatihan teknis, kegiatan ini juga menjadi bagian dari proses
sertifikasi resmi yang akan menilai kemampuan para peserta secara objektif oleh
asesor berlisensi dari BNSP.
Ketua
IJTI Galuh Raya, Yosep Trisna (MetroTv) menyampaikan, pelatihan ini merupakan
wujud komitmen IJTI untuk berkontribusi nyata dalam penguatan SDM di sektor
kuliner yang terlibat langsung dengan program sosial pemerintah daerah.
“Sektor
pangan adalah urat nadi kehidupan masyarakat. Maka SDM yang terlibat di
dalamnya harus memiliki kompetensi yang jelas, terutama dalam menjaga kualitas
dan keamanan pangan,” katanya.
Kegiatan
hari pertama diawali dengan sosialisasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Ciamis mengenai pentingnya pengawasan mutu produk pangan.
Ajeng
Asrolul Maula, S.Pt., Petugas Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet),
menjadi narasumber utama dalam sesi tersebut. Ia menjelaskan materi tentang
sistem Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) atau analisis bahaya
dan titik kendali kritis.
Menurut
Ajeng, HACCP berperan penting dalam memastikan produk pangan, terutama yang
berasal dari hewan seperti daging, ikan, dan telur, tetap aman dikonsumsi
masyarakat.
Ia juga menekankan pentingnya penerapan prinsip higienitas di setiap tahapan proses pengolahan makanan.
“Kebersihan
adalah kunci utama. Tidak hanya bahan baku yang harus segar, tetapi juga cara
penanganannya harus sesuai standar sanitasi,” katanya.
Kepala
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, Dr. Drs. A. Wahyu
Radityananto, M.Si., menyampaikan dukungannya terhadap pelatihan ini. Ia
menjelaskan, peningkatan kualitas pengolahan pangan berkaitan erat dengan upaya
pemerintah dalam memperbaiki gizi masyarakat dan mencegah stunting.
“Protein
hewani menjadi komponen penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Karena itu,
juru masak yang mengolah bahan pangan hewani harus paham prinsip keamanan
pangan,” jelasnya.
Wahyu
juga memberikan apresiasi tinggi kepada IJTI Galuh Raya atas inisiatifnya
menyelenggarakan kegiatan pelatihan dan sertifikasi bagi para juru masak MBG.
“Kami
sangat mengapresiasi langkah IJTI Galuh Raya yang tidak hanya bergerak di
bidang jurnalistik, tetapi juga ikut berperan aktif dalam peningkatan kapasitas
SDM di sektor pangan. Semoga kegiatan pelatihan dan sertifikasi ini membawa
manfaat besar bagi peserta dan masyarakat Ciamis,” ujar Wahyu.
Sementara
pimpinan LPK Gemilang Cita Nusantara, Husnul Chotimah, S.Pd., mengatakan,
pelatihan ini menjadi langkah strategis dalam mendorong tenaga kerja kuliner
agar memiliki keahlian yang diakui secara nasional.
“Kemampuan
dan skill saja tidak cukup tanpa sertifikat. Sertifikasi menjadi bukti
profesionalisme yang dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja,” katanya.
Menurutnya,
seluruh peserta akan mendapatkan rekomendasi dari chef penguji, yang menjadi
salah satu syarat penting dalam proses sertifikasi dari BNSP.
Selama
pelatihan, peserta mendapatkan pembekalan teori dan praktik, mulai dari
penerapan Standard Operating Procedure (SOP) dapur, keamanan pangan, teknik
pengolahan bahan makanan, hingga cara penyimpanan bahan sesuai standar industri.
Instruktur
utama, Chef Neni, A.Md.Par., S.E., M.M., menekankan pentingnya memahami
karakteristik setiap bahan pangan.
“Setiap
bahan memiliki perlakuan berbeda. Misalnya ayam harus dimasak matang sempurna,
sementara sayuran cukup setengah matang agar gizinya tidak hilang,” katanya.
Ia
juga menjelaskan pentingnya menjaga suhu penyimpanan bahan.
“Bahan
beku harus disimpan di suhu minus 10 hingga minus 21 derajat, sementara bahan
segar di suhu 0 hingga 5 derajat celcius,” tambahnya.
Selain
teori, peserta juga melakukan praktik monitoring suhu chiller dan freezer untuk
menjaga kualitas bahan makanan yang digunakan dalam kegiatan MBG.
Chef
Neni berharap pelatihan ini dapat menumbuhkan kesadaran para pekerja dapur agar
terus belajar dan meningkatkan keterampilan melalui jalur sertifikasi resmi.
“Dengan
adanya sertifikat kompetensi dari BNSP, para juru masak memiliki pengakuan yang
sah atas keahliannya. Ini penting untuk peningkatan karier maupun kepercayaan
publik,” tegasnya.
Sementara
asesor dari LSP Pariwisata Mutu Pesona Indonesia, Wiji Budiarto, mengtakan, kegiatan
ini merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu tenaga kerja di sektor
kuliner.
Menurut
Wiji, pelatihan seperti ini sangat relevan dengan kebutuhan lapangan, terutama
dalam mendukung program penyediaan makanan bergizi bagi masyarakat.
“Kami
melihat langsung bagaimana peserta mampu mempraktikkan teori dengan baik,
memahami prosedur K3, dan mengelola bahan makanan sesuai standar keamanan,” katanya.
Ia
menilai kemampuan para peserta cukup baik, dan sebagian besar sudah menunjukkan
kesiapan mengikuti uji sertifikasi pada tahap selanjutnya.
Wiji
juga mengapresiasi kolaborasi antara IJTI Galuh Raya, LPK Gemilang Cita
Nusantara, LSP Mutu Wisata, dan Dinas Peternakan serta Perikanan Ciamis yang telah
bersinergi dalam menyelenggarakan kegiatan ini.
“Sinergi
lintas lembaga seperti ini menjadi contoh positif dalam pengembangan SDM
daerah. Kami berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan di masa depan,”
tambahnya.
Kegiatan
ditutup dengan sesi evaluasi dan pemberian motivasi kepada para peserta agar
terus bersemangat mengembangkan diri di dunia kuliner profesional.
Dengan
berakhirnya pelatihan dua hari ini, seluruh peserta kini siap mengikuti uji
kompetensi resmi selanjutnya dari BNSP. Diharapkan, ke depan para juru masak
MBG Ciamis dapat bekerja dengan lebih profesional, higienis, dan berstandar
nasional.
“Untuk chef ini ada 5 tingkatan, diantaranya 1. Cook Helper (Asisten Dapur), 2. Commis Chef (Juru Masak), 3. Demi Chef / Chef de Partie, 4. Sous Chef, 5. Executive Chef (Kepala Koki), untuk ke-18 penjamah ini baru tingkat tiga, yaitu Demi Chef atau Chef de Partie, jika ada kesempatan dan berminat bisa mengikuti uji kompetensi dari BNSP lanjutan untuk meraih Sous Chef atau pun chef tertinggi yaitu Executive Chef,” jelasnya.
Kegiatan
ini menjadi bukti bahwa peningkatan kualitas SDM, meskipun dimulai dari dapur
sederhana, mampu berkontribusi besar terhadap kesejahteraan dan kesehatan
masyarakat luas. (EDA)*







0 Comments