ciamiszone.com :
CIAMIS,- Dinas Peternakan
dan Perikanan Kab. Ciamis sudah mengirimkan sample darah ayam yang mati tanpa
diketahui penyebabnya, sample yang dikirim ke dua lababoratorium di Lembang Bandung dan di Subang itu diharapkan
segera bisa terdeteksi virus atau penyakit apa yang menyebabkan kematian
ratusan ekor ayam milik seorang pengusaha di Desa Muktisari Kec. Cipaku dalam
bulan Januari 2014 ini.
Hal
itu diungkapkan Kadis Peternakan dan Perikanan Kab. Ciamis, Drs. H. Wasdi
Idjudin, M.Si kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (23/01).
Menurutnya,
hal itu dilakukan untuk memastikan virus mesterius apa yang menyerang ratusan
ayam ras petelur selama Januari 2014 ini yang secara bertahap mulai tanggal 5 terus
berjatuhan hingga jumlahnya mencapai ratusan ekor dalam bulan Januari ini.
“Setelah
tim kami melakukan peninjauan ke lapangan, pihaknya langsung mengirimkan sample
ke Lembang dan Subang untui mencari solusi penanganannya,” kata Wasdi.
Karena
dari hasil pengecekan, kata Wasdi, tidak ada tanda-tanda ayam terkena penyakit
tetelo atau pun gumboro, hal ini menyulitkan tim untuk menyimpulkan penyakit jenis
apa yang menyerang ayam petelur tersebut.
Untuk
mencegah ternak ayam terkena penyakit, pihaknya hanya bisa menghimbau kepada
para peternak agar lebih meningkatkan kebersihan dan meningkatkan pemberian
vaksin yang sebelumnya dilakukan dua minggu sekali disarankan agar satu minggu
sekali.
Selain
itu pihaknya juga menghimbau peternak, jangan menjadikan bangkai ayam yang
sudah dibakar menjadi pakan ikan, tapi setelah dibakar harus dikubur.
“Jika
dijadikan pakan ikan, meskipun sudah dibakar tapi dalaman ayam tidak terbakar
semua dikhawatirkan virusnya menyebar melalui lingkungan kolam tersebut, jadi
lebih aman dikubur saja,” katanya.
Seperti
diketahui, memasuki tahun 2014 ini terhitung tanggal 5 Januari ratusan ayam ras
milik seorang pengusaha di Desa Miktisari Kec. Cipaku secara bertahap hampir
setiap hari mati terkena panyakit yang tidak diketahui jenis virusnya. Namun
sayang, pihak Dinas Peternakan baru mendapat laporan setelah jumlah kematian
mencapai ratusan ekor hingga langsung melakukan peninjauan ke lapangan. (cZ-01)*




0 Comments